|
Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
Dosen Pengampu : Bpk Sutaryo
Dosen Pengampu : Bpk Sutaryo
DISUSUN OLEH KELOMPOK II
Ihsanudin (11110019)
Kinanjar Saputra (11110007)
Ahmad (11110020)
Agustina Tampubolon (11110008)
Nunung Nazilatur Rahmah (11110013)
Nur Fajriyati (11110018)
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
BAHASA DAN SASTRA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
BAHASA DAN SASTRA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat, hidayah, kasih sayang dan
barokah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PROSES PERUBAHAN PERADABAN DI INDONESIA ” ini. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Rasullullah Muhammad SAW
sebagai pembawa revolusioner sejati, beserta keluarga, para sahabat dan umatnya
sampai hari kiamat.Amin
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah
ini tidak terlepas dari peran dan sumbangsih pemikiran serta intervensi dari
banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin
Yogyakarta, 20
November 2011
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL….……..……………………………….….1
KATA PENGANTAR.…………………………...……….……...2
DAFTAR ISI……………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH…………………………..4
B. TUJUAN PENULISAN…………………………………… …5
BAB II ISI
A.Proses peradaban dan kebudayaan di
Indonesia………………6
B.Perkembangan peradaban kuno di
dunia ……………………...9
C.Dari mana asal pribumi asli atau
cikal bakal bangsa Indonesia.11
D. Masyarakat Sunda-Islam
dalam Menghadapi Budaya Barat……...…......13
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................
21
B. DAFTAR PUSTAKA.....................................................
24
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan zaman era
Globalisasi sekarang ini amatlah pesat sehingga membuat kita sering takjub
dengan segala penemuan-penemuan baru disegala bidang. Penemuan-penemuan baru
yang lebih banyak didominasi oleh negara-negara Barat tersebut dapat kita simak
dan saksikan melalui layar Televisi, koran, Internet dan sebagainya yang sering
membuat kita geleng-geleng kepala sebagai orang Indonesia yang hanya bisa
menikmati dan memakai penemuan orang-orang Barat tersebut. Penemuan-penemuan
baru tersebut merupakan sisi positif yang dapat kita ambil dari negara-negara
Barat itu sedangkan di negara-negara Barat itu sendiri makin maju dan modern
diiringi pula dengan bebasnya mereka dalam bertindak dan berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membudaya.
B.
TUJUAN PENULISAN
Dalam penyusunan Makalah ini
tujuan penulis adalah :
Memaparkan suatu masalah yang
belakangan ini sudah mulai marak dalam masyarakat kita akibat majunya media
informasi baik elektonik maupun cetak sehingga membuat kaum remaja mudah terpengaruh.
Menyarankan agar semua orang
terutama kaum ramaja/i dan semua orang ikut mewaspadai budaya Barat dan perlu
menyaringnya agar tidak ikut terambil sisi negatif dan merusaknya.
Menerapkan kebudayaan yang
menuntun agar peka terhadap masalah-masalah yang di pengaruhi budaya barat ke
masyarakat kita sekarang ini.
BAB
II ISI
PROSES PERADABAN DAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
PROLOG : Indonesia pada
masa lalu terdapat Peradapan Kuno yang telah mati seperti Kerajaan
Majapahit yang terkenal dan juga Kerajaan Besar lain yang tersebar di Kepulauan
Nusantara ini . Lalu apa yang terjadi dengan Peradaban Bangsa Indonesia yang keberadaannya
sebagai Negara & Bangsa Merdeka yang baru terbentuk tanggal 17 Agustus
1945. Dari mana aslal usul peradapan nenek moyang kita dan
bagaimana Peradaban Bangsa Kita masa kini berproses dan akan dibawa
kemana Perdapan Bangsa kita ini ?Sebelum mengkaji masalah ini sebaiknya kita Mendefinisikan
dulu apa itu PERADAPAN
dan apa itu KEBUDAYAAN
.
Menurut Kamus Oxford
Bahasa Inggris CIVILIZATION atau PERADABAN diterjemahkan sebagai berikut : An advanced state of
Cultural and Material development in human society , marked by political
and sosial complexity and progress in the art and science .
Sedangkan CULTURE atau BUDAYA
diterjemakkan sbb.:
The behaviour patern , arts , beliefs
institution ans other product of human work and thought ; especially as
expressed in a particular communiyy or period .
Kedua definisi tersebut
diatas dapat diterjemahkan secara bebas sbb .:
Peradaban adalah fase pengembangan Budaya dan
Materi di lingkungan kehidupan manusia atau suatu masyarakat tertentu
menyangkut kehidupan politik dan sosial yang rumit dan pengembangan Seni dan
Ilmu pengetahuan .sedangkan budaya adalah pola perilaku seni , institusi
kepercayaan dan hasil kegistan dan pemikiran manusia yang terbentuk pada
komunitas dan masa masa tertentu yang menjadi bagian dari kemajuan
peradaban komunitas tersebut .
Menurut pemikiran saya Peradaban
adalah : Tata Cara / Peraturan /Hukum / Kepercayaan dalam kehidupan
suatu kelompok manusia atau masyarakat tertentu untuk memenuhi kebutuhan
fitrahnya . Sedangakan Budaya adalah tingkat kemajuan
usaha dan pemikiran manusia yang mi alam semesta ini ( enghasilkan sesuatu
dalam usahanya memakmurkan dirinya / Atau memenuhi Fitrahnya yang berbentuk
Hasil Budi Daya Kebutuhan Primair Manusia dan Seni Budaya untuk memenuhi
kebutuhan Secondair dan seterusnya.
Masalah Pekembangan Peradaban
dan Kebudayaan Manusia itu sebetulnya dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang seperti Theory Ekonomi tentang Hierarki kebutuhan Manusia Maslow
( Abraham Maslow ) atau Ilmu2 Sosiolgi dll . Dalam hal ini saya memilih
pendekatan dari Sudut Pandang Agama Islam tentang Fitrah Manusia seperti
yang peranak saya uraikan dalam artikel saya tentang Fitrah Manusia .
Sebagai contoh sustu perdapan
manusia yang paling sederhana atau mungkin premitif tebentuk dari 4 unsur pokok
Fitrah Manusia :
1, Fitrah untuk
mepertahankan hidup ( Survival ) , 2 Fitrah untuk melanjutkan kehidupan manusia
atau memperbanyak jenisnya ( Kawin dan meperbanyak jenisnya ) 3 . Fitrah
hidup berkelompok ( bersosial ) 4 Fitrah untuk menjadi pemimpin pada kehidupan
Manusia dinunia ini ( Kalfah dimuka bumi ini ) 5. Beribadah kepada yang maha
Gaib , Maha Besat dan Maha Segala -galanya ( Bagi Orang yang beragama
Islam namanya beribadah kepada Allah Swt Yang Maha Esa dan Sang Maha
Pencipta )
Untuk memehami proses
perkembangan Peradaban Kebudayaa , marilah kita mempelajari perkembangan
Kebudayaannya Kelompok Masyarakat zaman dahulu yang pola hidupnya masih
sederhana . Malah dalam kenyataan sekarang ini masih ada juga kelompok
masyarakat didunia ini yang tingkat kemajuan Peradaban masih sangat
terkebelakang .Dan akan kami uraikan sbb :
1. Proses perkembangan Peradaban
dan Budaya Manusia pada dasarnya mulai dari Kegiatan Manusia untuk memenuhi Fitrahnya yang No. 1
Yaitu untuk Mepertahankan
Hidup atau Survival yaitu memenuhi kebutuhan primairnya : Makan
, Papan dan Sandanga untuk itu pada kelompok masyarakat yang masih
sederhana atau primitif , mereka akan mendapatkannya Lansung dari alam di
sekitarnya seperti memetik hasil Hutan , menangkap Binatang atau Ikan dari Laut
/ Sungai tanpa memprosesnya , demikian juga untuk melindungi dirinya dari
bahaya atas keselamatan hidupnya dari ganguan alam ( hujan, dingin dll ) mereka
melindungi dirinya dengan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitarnya seperti:
binatang dan kulit kayu, rumput dsb. Sedangkan untuk melindungi dirinya
daganguan Alam atau binatang buas yang mengan Nafsu Manusia sebagai macam
dirinya merek akan berlindung didalam goa2 atau datas pohon , membuat
perlindungan dari bahan2 yang terdapat di alam sekitarnya semua kegiatan mula2
dikerjakan dengan anngota badannya seperti tangan , kaki , dan kekuatan ototnya
.
2. Fitrah Manusai yang No 2 adalah
Mempebanyak
Jenisnya yaitu proses Perkawinan , Beranak , memelihara dan
melindungi anaknya / Keluargnya sampai mandiri . Proses ini berlangsung
mengikuti Naluri dan Nafsunya yang sudah ada sebagai Fitrah Pelengkap
Manusia .
3. Fitrah Manusai No. 3
adalah Hidup
Berkelompok / Bersosial yaitu membentul kerluarga dan Kelompok
Masyarakat dengan tujuan memudahkan untuk memenuhi Fitrah Manudsia No. 1
& 2.
4. Fitrah Manusia
No.4 adalah Sifat Memimpin ( Laki2 ) , Melindung Keluarga atau kelompok
nya Yang Paling Kuat ( Fisiknya ) dan sanggup Memimpin
dan Melindungi Kelompoknya maka secara alamiah akan terpilih sebagai
pemimpinnya . Kehidupan semacam ini juga terlihat pada binatang2 yang hidupnya
berkelompok . Dalam Kelompok Binatang yang hidup berkelompok tentu akan
mempunyai Pemimpin yang ditakuti diikuti dan diharapkan melindunginya dan semua
nya berproses secara alamiah .
5.Fitrah Manusia No. 5 adalah
Beribadah
kepada yang Gaib , Yaitu menyembah , minta perlindungan
dari ganguan yang mengancam dirinya dan juga Memberikan Sesuatu
Persembhan untuk membayar semua yang dia minta dari yang gaib tersebut agar
permintaannya dikabulkan . Perkembangan Agama pada manusia berkembang karena
Fitrah Manusia yang No. 5 tersebut tadi dan yang lazimnya disebut Kepercayaan.
Dalam pekembangan Peradapan
& Kebudayaan Manusia untuk pada dasarnya 5 pokok kebutuhan Fitrah
Manusia tersebut diatas harus dipenuhi . Dengan Pekembangan Jumlah Manusia
sebagai Anggota Masyarakat dan juga berkembangnya Kelompok kelompok lain
yan sejenis dan dan menghuni dalam Tempat tinggal yang sama dan sumber
Kehidupan alam yang sama makin terbatas maka terjadi persaingan dalam
memperoleh sumber kebutuhan pokok manusia tersebut yang akhirnya kelompok yang
kuat akan mengusai kelompok yang lain ( dengan Perang antar Kelomok )dan
kadan2 yang menang akan memperbudak atau Kelompok yang lain atau yang kalah
akan melarikan diri mencari sumber kehidupan baru dan terjadilah migrasai
manusia keseluruh penjuru dunia .
Apa yang saya uraikan
adalah hanya penyerdanaandari awal mula maslah perkembangan Peradaban dan
Kebudayaan Manusia . Dengan berkembangan pengetahuan yang dikuasai
oleh manusia dengan
mempergunakan Fitrah Otak untuk memikir dan Akal untuk melaksanakan
keinginannya dengan baik, manusia akan memliki ketampilan hidup dan
berusaha menjadi kreatif untuk memenuhi Fitrah 2 Manausia yang lain guna untuk
mendapatkan kesejahteraan hidupnya secara optimum . Mala timbulah akal yang
kreative seperti Budni Daya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mereak
mulai menanam Hasil Bumi . berternak Hewan Ungas dan Ikan yang tidak dicari
secara langsung dari alam sekitarnya . Demikian juga Budidaya manusia
menciptakan alat bantu manusia dalam mempermudah dan mempercepat manusia dalam
memenuhi fitrahnya / Kebutuhan hidupnya dari yang Primair sampai yang tertier
dan selanjutnya. Disinilah Seni Kebudayaan mulai tumbuh dan berkembang
dan Tingkat Peradaban Kelompok Masyarakat / suku Bangsa / Bangsa akan diukur
dari betapa majunya Kebudayaannya berkembang maju .
Di Dunia ini Tingkat Peradapan
Manusia masih ada yang masih sangat Premitive seperti
Perabapan Suku Bangsa yang hidup terpencil dalam hutan belantara dan ada
pula yang sudah Maju atau Modern (Sangat Maju ) seperti Bangsa Amerika Serikat
( USA) , Negara Eropa , Asia dan Australia yang mempunyai predikat bangsa
yang sudah Maju
atau Berkembang.
Biasanya dalam sesuatu
Peradaban terkait 4 unsur Kegiatan : 1. Kegiatan Politik / Pemerintahan , 2. Kegiatan
Ekonomi 3. Kegiatan Ilmu Pengetahuan& Teknologi atau IPTEK 4.
Kegiatan Ibadah atau Kepercayaan.
Dalam Politik menyangkut
Keberadaan/ Lokasi atau Geografi , Wawasan Kebangsaannya dan Bahasa
Komunikasinya termasuk sistim Pemerintahannya dan Sistim Pertahanannya.Dalam
Sistim Ekonomi menyangkut pengurusan & pengusahaan, termasuk
Budidayanya Mengembangkan dan Mendistribusikkan kebutuhan /
logistik Primair , Secondair, Tertier dan seterusnya.
Dalam Pengembangan
IPTEK menyangkut pengembangan Ilmu dalam Budidaya atau Inovasi Peralatan2
/ Material yang dapat melimpatgandakan / mempercepat produksi
kebutuhan Ekonomi dan Sistim Pergerakan Manusia ( Transportasi ) dalam
Kegiatan Masyarakatnya.Kreativitas Masyarakatnya dalam menerapkan IPTEK (
Inovasi ) dan Seni Budaya menandai majunya suatu Peradaban .
Sebelum membahas tentang
Peradaban & Kebudayaan Bangsa Indonesia dan Pekembangannya sampai dari
awalnya sampai pada waktu ini , perlu kiranya kita mengetahui posisi
Peradaban& Kebudayaan kita ini di dunia ini ditinjau dari Asal usulnya dan
proses terbentukny yang kita tinjau dari sudut waktu .
PERKEMBANGAN PERADABAN KUNO di DUNIA Peradaban
Dunia yang sudah cukup maju sebetulnya telah berkembang pada abad ke-2
sebelum tahun Masehi menurut catatan sejarah , Pusat-pusat Peradapan Kuno tersebut
tersebar diseluruh Benua seperti Benua Asia , Afrika , Eropa dan Amerika
Tercatat
Peradapan yang Palin Tua adalah :
1. 4000 SM- 700 SM
Perdapan Kuno di Afrika Utara , yaitu
Peradapan Lembah Aliran
Sungai Nil
dari Pedalaman Afrika ke Utara
di Mesir , terlhat dari
peninggalan Kebudayanya yang terkenal : Pyramida , Sphink , Tulisan
Huruf Hieroglyh , Mummi & Obelisk
2. 3500SM - 300 SM
Peradaban Lembah
Aliran Sungai Tigris & S. Eufrat di di
Kawasan Asia /Iraq
3. 3000SM -
1500SM Peradaban Lembah Aliran Sungai Indus di
Asia / India Utara
4. 3000SM
Peradaban Inka di Pantai Amerika Selatan Barat
Peradapan Maya
di Amerika Tengah /El Zalvador
Peradaban Aztec
di Amerika Utara Selatan /Mexico
5. 2250SM - 75SM
Peradapan Lembah Sungai Huang Ho di China sekitar Beijing
6. 2000SM -550 SM
Peradaban Lembah Sungai Ganga di India Utra
7. 1500SM- 338
SM Perdapan Yunani di
Eropa sekitar Yunani
8. 750 SM - 380
SM Peradaban Romawi di
Eropa sekitar Italia
Melihat adanya Peradapan
& Kebudayyan Kuno tersebut diatas , dapat disimpulkan bahwa
pengaruh Perdaban & Kebudayaan Kuno yang menyebar ke Asia Tengara atau
Kepulauan Nusantara dapat dipastikan datang dari Benua Asia yang letaknya
paling strategis ditijau dari letak geografinya . Dan Peradaban Tua
yang datang dari Barat Utara berasal dari India yaitu pengaruh Peradaban Lembah Sungai
Ganga ( 2000SM -550SM ) dan dari Utara pengaruh
Perdaban Tua dari wilayah Cina yaitu Peradaban Lembah Sungai Huang Ho . ( 2250 SM- 75 SM)
DARI MANA ASAL PRIBUMI ASLI atau
CIKAL BAKAL BANGSA INDONESIA ?
Penduduk asli Indonesia
sudah ada semenjak zaman prasejarah 2 juta tahun jang lalu . dan menurut
penemuan para ahli Prasejarah di Indonesia ini dulunya dihuno oleh manusia
purba jenis Pithecantropus Erectus mirip dengan penghuni asli Australia zaman
sekarang ( Oborigines} yang disebut Ras Negroid atau Autraloid yang berkulit hitam
dengan berkebudayaan
Batu Tua atau Palaeolitikum yang
hidup secara nomaden .
Dikemudian hari
kira-kira 2000 tahun SM mulailah datang penduduk migran yang datang dari Utara
yang berkebudayaan lebih tinngi dan mendesak kehidupan manusia pribumi
indonesia . Mereka datang dalam dua gelombang :
Gelombang pertama kira2 tahun
1000 SM datanglah bangsa Melayu Tua atau Austronesia yang datang dari Teluk Tonkin
/ Bacson -Hoabinh (Vietnam )dan membawa kebudayaan Neolihtikum melalui 2
jalur yaitu Jalur Utara menuju Taiwan , Filipina . Sulawesi Utara , Maluku dan
Paua sedangkan yang melalui Jalur Selatan menuju ke Semenanjung Malaka , Sumatra
, Jawa , Nusa Tenggara , Kalimantan dan Sulawesi Tengah / Selatan .
Gelombang Kedua sekitar tahun
500 SM datang bangsa Melayua Muda ( Melanesoide ) dari Asia ( Yunan ) melalui
Thailand , Malaysia Barat masuk ke Indonesia dari arah Barat ke Timur secara
merata dengan membawa kebudayaan Dongson yang mengenal peralatan ( Kampak )
dari logam
Pada gelombang kedua tersebut
diatas datanglah orang-orang Melayu Tua yang telah bercampur dengan bansa Aria
di daratan Yunan yang disebut orang Melayu Muda atau Deutero Melayu dengan
kebudayaan perunggu , kebudayaan ini lebih tinggi dari kebudayaa Bangsa Melayu
Tua yang telah ada kerena mengenal logam sebagai perkakas hidup dan alat
produksi .Kedatangan bangsa Melayu Muda mengakibatkan bangsa Melayu Tua yang
tadinya hidup disekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula kepedalaman
sepert suku 2 : Dayak di Kalimantan , Toraja di Sulawesi , Orang Nias , Batak Pedalaman ,
Orang Kubu dan Orang Sasak dan tetap membawa kepercayaan Animismenya .
Dengan Mengusaia tanah yang
subur bangsa Melayu Muda dapat meningkatkan status Kekuasaannnya ( Politiknya
), Kesejahteraan Ekonominya dan mengembangkan Kebudayaan bangsanya dengan pesat
dan lebih baik sehingga kelak akan menjadi penyumbang terbesar untuk
cikal-bakal perkembangan Peradaban bangsa-bangsa dikawasan Nusantara ini
pada umumnua atau Bangsa Indonesia di NKRI khususnya .
Masyarakat Sunda-Islam
dalam Menghadapi Budaya Barat
Posted on Senén, 21 Januari 2008
by Ki Santri
Oleh AYATROHAEDI
MENURUT tradisi lisan masyarakat
Sunda, Islam mulai masuk ke dalam kehidupan masyarakat Sunda pada masa
pemerintahan Prabu Siliwangi. Berdasarkan berbagai data banding, antara lain
berupa naskah Carita Parahyangan, baik yang “asli” (1580) maupun yang
kemudian disusun kembali oleh Pangeran Wangsakerta (1693), dan naskah-naskah
karya “Panitia Wangsakerta” pada umumnya (1677-1698), besar sekali kemungkinan
bahwa tokoh Prabu Siliwangi itu adalah Prabu Siskala Wastukancana, anak Prabu
Maharaja, yang berkuasa cukup lama (1371-1475) (Ayatrohaedi 1986).
Pada masa itulah mulai tumbuh
pemukiman orang Islam di Cirebon, kemudian di berbagai daerah sepanjang
pesisir utara Jawa Barat, sementara penguasa negara Sunda masih tetap memeluk
agama yang lama (Hindu-Budha). Kesaksian mengenai hal ini antara lain ditemukan
dalam laporan perjalanan Tome Pires, yang pada awal abad ke-16 turut dalam
pelayaran mengelilingi dunia. Tome Pires mengatakan bahwa kerajaan Sunda
mempunyai enam buah bandar; bandarnya yang paling timur, Cimanuk, dikuasai oleh
orang-orang Islam. Pada saat itu (+ 1513) Cirebon dikatakan tidak termasuk lagi
sebagai daerah kerajaan Sunda, tetapi sudah berdiri sendiri, dan di situ
kekuasaan Islam sudah sepenuhnya tegak (Cortesao 1944).
Sejak itu, terlebih-lebih
setelah Sunan Gunung Djati menguasai Banten (1525) dan Sunda Kelapa (1527),
boleh dikatakan masyarakat di sepanjang pesisir utara Jawa Barat “menjelma”
menjadi masyarakat Islam. Dalam pada itu, masyarakat pedalaman sedemikian jauh
masih tetap mempertahankan tradisi dan kepercayaan mereka yang lama. Sejumlah
naskah yang kemudian dikenal sebagai “naskah-naskah Ciburuy”, misalnya,
merupakan salah satu petunjuk akan masih kuatnya tradisi sebelum Islam itu.
Padahal, banyak di antara naskah itu yang berasal dari abad ke-18 akhir.
Naskah-naskah itu di antaranya ialah naskah Sewakadarma (Ayatrohaedi
1988), Carita Ratu Pakuan (Aca 1970), Kawih Peningkes dan Jatiniskala
(Ayatrohaedi dkk. 1987).
Namun, kerena pusat-pusat
kebudayaan Sunda sudah sepenuhnya bercorak Islam, khazanah lama yang tersimpan
di kabuyutan-kabuyutan terpencil itu tidak lagi sempat menyebar.
Tradisi lama hanya bertahan di pencilan-pencilan itu, dan dalam percaturan kebu
dayaan kemudian menjadi pusat-pusat pertahanan budaya lama yang kian terdesak.
Demikianlah, akhirnya mulai abad ke-19, jika orang berbicara tentang masyarakat
Sunda, maka salah satu ciri khasnya adalah Islam.
Kesadaran manunggalnya Sunda dan
Islam itu paling akhir mencuat dalam Musyawarah Masyarakat Sunda II,
yang diselenggarakan dalam tahun 1967. Ungkapan Islam-Sunda dan Sunda-Islam
haruslah dilafadzkan dalam satu tarikan nafas, tanpa memperhatikan bahwa kedua
hal itu mengandung perbedaan yang agak mendasar: Sunda-Islam tidak sama
dengan Islam-Sunda.
Jika orang berbicara tentang
Sunda-Islam, sebenarnya kita berbicara tentang masyarakat Sunda, sedangkan
Islam di situ merupakan salah satu ciri utama jatidirinya. Dalam kaitan itu,
Sunda-Islam digunakan untuk membedakannya dari kelompok masyarakat Sunda yang
lain dengan ciri utama jatidiri yang bukan Islam, misalnya Sunda-Kristen,
Sunda-Ateis, dan Sunda-Hindu. Sebaliknya, Islam-Sunda haruslah diartikan bahwa
yang menjadi pokok adalah Islam, dan Sunda merupakan salah satu ciri untuk
membedakannya dari Islam yang lain. Jika kita berbicara tentang Islam-Sunda,
tentunya kita pun akan dapat berbicara tentang Islam-Jawa, Islam-Arab,
Islam-Cina, dan Islam yang lainnya.
Dengan demikian, “masyarakat
Sunda-Islam” haruslah diartikan sebagai suatu masyarakat yang warganya
terdiri dari orang Sunda, dan menjadikan Islam sebagai salah satu ciri utama
jatidirinya. Kemudian, jika benar bahwa menurut sejarah sejak abad ke-19
praktis seluruh masyarakat Sunda (berusaha) menjadikan Islam sebagai
jatidirinya, berarti bahwa makalah ini berbicara tentang masyarakat mayoritas
Sunda. Dengan kata lain, yang dibicarakan adalah masyarakat Sunda sebagai suatu
masyarakat yang utuh, dengan beberapa pengecualian dari kelompok masyarakat
Sunda yang kurang berperanan dalam suasana sentuh budaya dengan masyarakat
lain, misalnya orang Kanekes.
Dengan pengertian itu berarti
bahwa masyarakat Sunda-Islam terdapat di semua lapisan masyarakat, hidup di
berbagai daerah pemukiman, dengan kasab (profesi) yang bermacam-macam,
dengan latar dan lingkungan pendidikan , sosial, budaya, dan adat kebiasaan
yang berbeda pula.
Budaya Barat
JIKA orang berbicara tentang
budaya Barat, pada umumnya pokok pembicaraan adalah budaya yang dihidupi dan
menghidupi Barat, terutama Eropa dan Amerika. Batasan “Barat” mengacu pada
Eropa dan Amerika itu antara lain terlihat dalam nama salah satu Jurusan di
Universitas Leiden, Sociologie der niet-Westerse Volken (Sosiologi
Bangsa-Bangsa Bukan-Barat), yang ternyata wilayah kajiannya meliputi
bangsa-bangsa yang bukan Eropa dan Amerika. Dengan kata lain, niet-Westerse
Volken ialah semua bangsa yang bukan Eropa dan Amerika.
Barat yang dibatasi
Eropa dan Amerika, dapat dikembangkan menjadi masyarakat yang (ternyata)
beragama Kristen (atau bahkan ateis) dan dianggap atau menganggap diri memiliki
teknologi maju. Itu berarti bahwa yang bukan Barat adalah bangsa lain yang
bukan Kristen dan mempunyai teknologi belum begitu maju.
Jika batasan itu diterapkan
kepada masyarakat Sunda, nampaknya ciri-ciri itu hampir semuanya cocok.
Masyarakat Sunda-Islam adalah masyarakat bukan Barat, bukan Kristen, dan teknologinya
belum begitu maju (setidaknya menurut tolok ukur Barat itu sendiri). Dengan
demikian, budaya Barat pun tentulah harus memiliki ketiga laksana atau
atribut itu. Budaya barat ialah budaya yang menghidupi dan dihidupi masyarakat
Ero-Amerika yang perkembangan dan pengembangannya didasari oleh agama Kristen
(mulanya) dan pada masa kini ciri utamanya adalah teknologi.
Budaya barat ini mulai masuk
Indonesia bersamaan dengan mulai datangnya bangsa Eropa, yaitu sekitar abad
ke-16. Pendukung budaya Barat yang berturut-turut muncul di Indonesia ialah
orang-orang Portugis, Belanda, Spayol, Inggris, Perancis, Jerman, dan akhirnya
juga Rusia. Corak budaya yang mereka bawa diterima oleh berbagai lingkungan
masyarakat yang berlainan, dengan catatan bahwa pengaruh yang paling besar
tentunya berasal dari budaya Belanda, sesuai dengan panjangnya masa
pemengaruhannya di negara Indonesia.
Di bidang kebudayaan, tindakan
Belanda yang ternyata “membongkar” akar tradisi yang berkembang sebelumnya
ialah upayanya memperkenalkan sistem pendidikan sekolah yang
lebih mengutamakan “pengetahuan umum” daripada pengetahuan agama. Tentu saja
sistem itu memang dikenalkan, karena merupakan salah satu alat yang ampuh untuk
menghancurkan sistem pendidikan mandala (Hindu) dan pesantren (Islam)
yang sudah berlangsung di kalangan msyarakat Indonesia. Bahkan kemudian
ternyata, berkat dukungan penguasa, sistem pendidikan itulah yang kemudian
lebih banyak dianut di Indonesia, termasuk lembaga-lembaga pendidikan yang
sebenarnya berdasarkan Islam.
Unsur-unsur budaya Barat
lainnya, juga sedikit demi sedikit berhasil menggusur unsur budaya tradisional
yang sebenarnya sudah lama berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.
Pembaratan itu terus berlangsung, sementara peng-Islaman mengalami kemunduran.
Di bidang pemikiran, misalnya,
kita sekarang umumnya lebih mengenal Plato, Socrates, Bertrand Russel, atau
bahkan Marx, daripada misalnya Muhammad Abduh, Iqbal, Jamaluddin al-Afghani,
dan Umar Kayam. Bahkan, barangkali patut dipertanyakan, siapa orang Sunda
sekarang yang mengenal Hasan Mustapa atau Nawawi al-Bantani labih baik daripada
pengenalannya terhadap tokoh-tokoh filusuf Eropa itu.
Jalan Keluar
DARI gambaran kasar itu jelas
nampak bahwa budaya Sunda dan budaya Barat merupakan dua kutub yang saling berhadapan.
Dalam lawungan (konfrontasi) itu juga terlihat bahwa budaya Sunda
berada pada kedudukan yang lebih lemah. Kedudukan lemah ini terutama disebabkan
oleh sangat berperannya faktor terakhir dalam lawungan itu, yaitu
teknologi yang menjadi ciri budaya Barat, dengan tradisi yang merupakan ciri
budaya Sunda.
Kedudukan yang sudah lemah itu
kemudian diperparah oleh adanya pemihakan dari para penentu dan pelaksana
kebijakan terhadap teknologi. Pada gilirannya, pemihakan terhadap teknologi itu
sebenarnya berangkat dari anggapan bahwa teknologi mencerminkan kemajuan ilmu,
sedangkan segala sesuatu yang dianggap ilmiah senantiasa bersumber dari budaya
Barat.
Pengagungan terhadap ilmu (dan
teknologi) Barat itu tentu bukan sesuatu yang salah. Bukankah Rasulullah sendiri
menganjurkan agar kita menuntut ilmu, sampai ke mana pun? Namun, apakah
kegandrungan akan segala sesuatu yang berbau ilmiah (dan Barat) itu disertai
dengan upaya menggarap tradisi yang sebenarnya sudah jauh lama menjadi milik
kita sebelum orang dan budaya Barat tiba di Sunda?
Jika saja kita mau agak
berpaling kepada tinggalan nenek-moyang kita yang ada, dan mencoba
merenungkannya, seharusnya kita sampai pada kesimpulan bahwa sebenarnya dari
segi ilmu dan teknologi pun sama sekali tidak tertinggal oleh dunia barat.
Mungkinkah Borobudur, Prambanan, dan berbagai bangunan kuna lainnya, didirikan
tanpa penguasaan ilmu dan teknologi? Mungkinkah ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mendasari pendirian bangunan-bangunan itu bukan sesuatu yang telah menjadi
tradisi di masyarakat pendukungnya?
Rasanya jelas, jawaban untuk
pertanyaan pertama tidak mungkin, sedang jawaban untuk pertanyaan
kedua, ya. Masalahnya, di mana kita dapat memperoleh semua pengetahuan warisan
nenek-moyang kita itu? Selain meninggalkan bangunan megah, leluhur kita juga
meninggalkan warisan lain yang justru mengabadikan gagasan, ilmu, dan seni yang
cukup beragam. Semuanya itu tertuang dalam naskah-naskah lama yang sudah mereka
wariskan sejak abad ke-19. Naskah-naskah itu ditulis dengan sejumlah bahasa,
antara lain Jawa, Sunda, Bali, Arab, Bugid, Aceh, Minangkabau, dan Melayu. Di
situlah sebenarnya tersimpan khazanah kekayaan batin leluhur kita.
Naskah-naskah itu mengungkapkan berbagai ilmu kesehatan, perbintangan,
pertanian, arsitektur, kesenian, dan lain-lain.
Arab (dan Islam) pernah menjadi
kiblat ilmu, teknologi, dan budaya setelah mengaji warisan budaya Yunani yang
dijadikan sumber acuan untuk mengembangkan kemungkinan yang terdapat di dalam
kandungan budaya dan wilayah Arab dan Islam sendiri. Eropa kemudian mengambil
alih peran itu, setelah mereka mengaji warisan Yunani, Islam, dan
lainnya. Menggali semua kemungkinan yang terkandung di dalam khazanah
budaya asli mereka.
Jika kita mau bercermin kepada
kenyataan sejarah, bagi kita pun terbuka kemungkinan untuk menjadi kiblat ilmu,
teknologi, dan budaya yang tidak kalah dari kiblat-kiblat budaya yang lain.
Kita harus mengaji warisan budaya Islam, Eropa, Asia, dan lainnya; menggali
semua kemungkinan yang terkandung di bumi kita sendiri. Untuk itu, sebagai
langkah awal kita harus bersedia menerima kenyataan bahwa ilmu dan teknologi
tinggi yang pernah kita miliki di masa lampau bukanlah sekedar untuk
diangungkan dan dikagumi.
Kenyataan hingga saat ini
justeru demikian. Kita mengagumi Borobudur, Prambanan, Kisah Ramayana, ajaran
Tasawuf, dan lain-lain. Kemudian titi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita merasa
cukup dengan jejalan budaya Barat, tanpa peduli apakah sebenarnya budaya Barat
itu madu atau racun bagi kita.
Sudah masanya kita memperhatikan
tradisi, atau ilmu, teknologi, dan budaya yang tersembunyi dalam tradisi kita.
Di antara ratusan atau mungkin ribuan, naskah yang menyimpan gagasan, ilmu, dan
khazanah batin leluhur kita itu, berapa yang sudah terungkapkan hingga saat
ini?
Diperlukan sejumlah orang yang
mau mengorbankan diri memasuki dunia yang kaya namun sangat memiskinkan itu.
Barangkali sudah saatnya mereka yang menguasai bahasa Arab, misalnya, menggali
naskah-naskah berbahasa Arab yang ditinggalkan leluhur kita orang Sunda di masa
lalu. Hal yang sama, berlaku bagi mereka yang menguasai bahasa Jawa, Sunda,
Sansakerta, dan bahasa lain yang dipergunakan para leluhur kita di masa lampau
untuk mengabadikan gagasan dan ilmu mereka. Dengan mengetahui apa
gagasan-gagasan yang pernah ada itu, kita akan mempunyai alasan untuk
mengatakan apakah benar kita sekarang ini Sunda-Islam, ataukah sebaliknya,
Islam-Sunda.
Singkatnya, di dalam menghadapi
pengaruh budaya Barat, kita dituntut untuk (a) secara terbuka menerima pengaruh
itu, (b) menyaring, mengolah, dan memilih unsur budaya Barat yang sesuai dengan
keperluan, dan (c) menggali semua kemungkinan yang terkandung dalam khazanah
kita sendiri.
Dengan demikian, semboyan kembali
ke tradisi, seharusnya ditafsirkan sebagai kesediaan untuk menggali
khazanah batin kita sendiri, kemudian kita jadikan sebagai imbangan di dalam
menghadapi pengaruh Barat.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://hamijoyo.multiply.com/journal/item/13
Aca (Atja). 1970. Tjarita
Ratu Pakuan: Tjeritera Sunda Kuno dari Lereng Gunung Tjikurai. Bandung:
Lembaga Bahasa dan Sedjarah.
Ayatrohaedi. 1986. Niskalawastukancana
(1348-1475): Raja Sunda Terbesar? Makalah pada pertemuan Ilmiah Arkeologi
IV, Cipanas, 2-8 Maret 1986.
_________. 1988. Sewakadarma.
Laporan Penelitian untuk Bagian Proyek Penelitian dan Pengajian Kebudayaan
Sunda.
Ayat Rohaedi, Tien Wartini, dan
Undang Ahmad Darsa. 1982. Kawih Paningkes dan Jatinisakala: Alihaksara dan
Terjemaham. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengajian Kebudayan
Sunda.
Cotesao, Armando. 1944. The
Suma Oriental of Tome Pires. 2 Jilid. London: Haklyut Society.
Sumber: Makalah Seminar,
“Islam dalam Kebudayaan Sunda; antara Cita dan Realita”, IAIN Sunan Gunung
Djati Bandung, 05 Januari 1988.
0 Komentar untuk "PROSES PERUBAHAN PERADABAN DI INDONESIA"