Salah satu topik menarik dalam
diskusi-diskusi yang ada di dunia maya adalah mengenai perbedaan kisah antara
Nabi Isa AS yang ada dalam Al-Qur’an dan Yesus yang ada di Bible Perjanjian
Baru. Di dalam Al-Qur’an, Nabi Isa AS disebutkan tidak dibunuh dan tidak pula
mati disalib, yang Yahudi bunuh dan mereka salibkan sesungguhnya adalah orang
yang diserupakan dengan Isa AS (An-Nisaa’: 157). Sedangkan dalam Bible
Perjanjian Baru, Yesus dikisahkan mati dibunuh dikayu salib oleh orang Yahudi. Muslim
yakin akan kebenaran Kisah Nabi Isa AS
karena kisah tersebut berasal dari Al-Qur’an yang firman Allah. Sedangkan
Kristen menganggap Al-Qur’an telah salah mengisahkan tentang penyaliban Yesus,
karena menurut mereka, mulai dari penangkapan, pengadilan, penyiksaan, dan
penyaliban Yesus disaksikan oleh banyak orang. Selain itu, Kristen menyebut
kisah Nabi Isa AS dalam Al-Qur’an (An-Nisaa’: 157) adalah fitnah keji terhadap Yudas,
walaupun mereka menganggap Yudas penghianat, khusus dalam kasus ini Kristen
membela Yudas. Namun sayangnya diskusi-diskusi semacam ini lebih sering
berakhir dengan saling caci maki.
Mengapa Al-Qur’an tidak dengan
gamblang menyebut nama orang yang disebut diserupakan dengan Nabi Isa AS? Itu
karena Allah tidak menganggap begitu penting menyebut nama seseorang yang
diserupakanNya dengan Nabi Isa AS. Tujuan utama diturunkannya An-nisaa’: 157
adalah hanya untuk membantah anggapan orang-orang Yahudi bahwa mereka telah
membunuh Nabi Isa AS di kayu salib. Bantahan ini sangat penting, karena
orang-orang Yahudi menyangka bahwa apabila seseorang yang mengaku dirinya Nabi
namun tidak dapat lolos dari usaha pembunuhan, maka dengan demikian telah
membuktikan ia adalah bukan seorang Nabi. Bantahan Al-Qur’an tentang disalib
dan matinya Nabi Isa AS/Yesus ternyata secara tidak langsung mengganggu ajaran
pokok agama Kristen tentang penebusan dosa.
Al-Qur’an dan Hadits Shahih
mungkin tidak menyebut nama orang yang diserupakan dengan Nabi Isa AS, namun
bukan berarti tidak dapat kita ketahui sama sekali. Jika anda bertanya pada
saya, siapa yang diserupakan dengan Nabi Isa AS? Maka dengan jujur saya akan
menjawab, Yudas! Kenapa? karena baru-baru ini saya telah menemukan sebuah bukti
awal dari Bible Perjanjian Baru dan juga penjelasan dari sebuah situs Kristen
populer yang dapat mendukung kebenaran Al-Qur’an tentang diserupakannya
seseorang hingga mirip dengan Yesus dan kemudian disalibkan. Dibawah ini
sebagian isi artikel yang saya kutip dari situs kristen populer tersebut;
* Matius
27:5
Maka ia
pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan
menggantung diri.
* Kisah
1:18
-- Yudas
ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh
tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke
luar.
Meskipun
uraian Lukas mengenai kematian Yudas penuh dengan lumuran darah, Kisah Para
Rasul 1:18 tidak akan menjadi masalah jika Matius tidak menuliskan kisah yang
tampaknya berbeda. Menurut Matius, "Maka ia pun melemparkan uang perak itu
ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri" (Matius
27:5). Matius mengatakan bahwa para imam besar menggunakan uang itu "untuk
membeli Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing. Tidakkah
dua pernyataan mengenai kematian Yudas ini berbeda?
Jelas
bahwa. Matius dan Lukas memiliki tujuan yang berbeda dalam menceritakan kisah
tersebut. Matius lebih tertarik pada masalah pembelian tanah, karena hal
tersebut dianggapnya sebagai penggenapan Kitab Suci. Ia menggabungkan Kitab
Zakharia 11:12-13 (tigapuluh keping uang perak dan periuk) dengan Yeremia
32:6-12 (membeli tanah), barangkali ditambah Yeremia 18:1-4 (pergi ke rumah
tukang periuk), lalu mengaitkan semuanya dengan nama nabi yang sudah cukup dikenal.
Meskipun
menghubungkan beberapa bacaan berdasarkan kata atau bahkan akhiran kata yang
sama ("harta" dan "periuk" memiliki suara yang serupa dalam
bahasa Ibrani) merupakan sesuatu yang asing bagi para pembaca modern, kebiasaan
penafsiran semacam ini adalah hal yang baik bangsa Yahudi. Sebenarnya Matius
lebih tertarik untuk menjelaskan hubungan antara perak, Bait Allah dan tanah;
bukan cara matinya Yudas.
Kisah
Para Rasul memiliki kepentingan lain, bahwa Yudas mengalami apa yang
sepantasnya, yaitu kematian yang mengenkan. (Situasi serupa dilaporkan dalam
Kisah Para Rasul 12:21-24, di mana menulis mengisahkan kematian Raja Herodes
Agrippa I.) Yang ditekankan bukanlah pembelian tanah (yang akan tampak sebagai
pemberian hadiah, terutama bagi bangsa Yahudi yang merasa bahwa memiliki tanah
di Palestina adalah hal yang penting), melainkan kematian Yudas yang mengerikan
di tanah itu.
......
Matius
menjelaskan bahwa peristiwa bunuh diri itu disebabkan oleh rasa bersalah dan
dilakukan dengan cara yang paling populer yaitu gantung diri. Dalam literatur
bangsa Yahudi, bunuh diri sangat sering dikaitkan dengan rasa malu atau
kegagalan (lihat 2 Samuel 17:23; bandingkan dengan beberapa kisah lain tentang
bunuh diri dalam sejarah Perjanjian Lama, yang pada umumnya dilakukan untuk
menghindari kematian yang lebih memalukan). Meskipun demikian, karena bunuh
diri dengan cara menggantung diri biasanya dilakukan (setidaknya oleh orang
miskin) dengan cara melompat dari pohon dan mengikat leher dengan tali, bukan
tidak mungkin (juga bukan hal yang luar biasa di India pada masa kini) tubuh
akan tercabik-cabik selama peristiwa tersebut. Saya merasa ragu untuk
mengatakan bahwa inilah yang sesungguhnya terjadi, tetapi tentu saja ini
merupakan penjelasan yang masuk akal.
Baca selengkapnya di sini
Komentar saya
Penulis
Kristen menyebut bahwa Matius dan Lukas memiliki tujuan berbeda dalam
menuliskan kematian Yudas. Matius lebih tertarik pada masalah pembelian tanah,
karena hal tersebut dianggapnya sebagai penggenapan Kitab Suci. Sedangkan Lukas
memiliki kepentingan lain, bahwa Yudas harus mengalami apa yang sepantasnya,
yaitu kematian yang mengenaskan. Dari sini, sesungguhnya sudah dapat kita
ketahui bahwa sesungguhnya Matius ataupun Lukas tidak menulis tentang kematian
Yudas sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi pada diri Yudas sesudah ia
menghianati Yesus. Matius dan Lukas hanya menulis tentang kematian Yudas sesuai
dengan tujuan yang mereka inginkan. Matius menulis kisah kematian Yudas agar
dapat bersesuaian dengan Bible Perjanjian Lama; Kitab Zakharia 11:12-13, Yeremia
32:6-12, dan Yeremia 18:1-4 sedangkan Lukas lebih memilih menulis kematian yang
pantas bagi seorang penghianat seperti Yudas dan juga menghubungkannya dengan
kitab Mazmur. Mereka seperti dua orang anak yang mendengar cerita sebelum tidur
ibunya, namun sebelum si jahat dalam cerita tersebut menerima hasil perbuatan
jahatnya, cerita ibu berakhir. Dengan mengarang bebas, kedua anak tersebut
kemudian melanjutkan cerita ibu yang terputus dan akhir hidup si jahat dalam
angan mereka masing-masing. Cerita tidak mungkin sama, tetapi tetap memiliki
esensi sama dalam melihat bagaimana seharusnya si jahat mendapat balasan. Anak
satu mungkin akan menulis si jahat menggantung diri karena menyesal telah
berbuat jahat, anak lainnya lebih memilih si jahat mati dengan perut robek,
jika ditambah satu lagi anak yang lahir dua ribu tahun yang lalu , saya yakin
ia akan memilih si jahat akan dihukum dengan di salib.
Demikian
juga Matius dan Lukas, tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
anak-anak di atas. Oleh karena kematian Yudas tidak diketahui, Matius dan Lukas
mencoba mengarang bebas, mengira-ngira apa yang bakalan dan seharusnya terjadi terhadap
seorang yang jahat seperti Yudas. Walaupun cerita tidak sama, inti dari cerita Matius
dan Lukas tetap sama, yaitu kematian yang mengenaskan bagi si penghianat Yudas
sebagai hukuman dari Tuhan. Dari sini, kita sudah dapat menghubungkannya dengan
ayat-ayat Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an, Isa AS/Yesus diselamatkan oleh Allah
dengan cara tidak biasa, yaitu dengan penyerupaan Yudas hingga mirip dengan Isa
AS/Yesus, orang yang menyalibkan Yudas mengira telah menyalibkan Yesus meski
akhirnya timbul pula keragu-raguan. Bersamaan dengan peristiwa penyaliban
tersebut tentu hilang pula sosok penghianat Yudas. Tidak ada yang melihat dia
hidup setelah peristiwa itu, tapi juga tidak ditemukan kuburnya. Matius dan
Lukas kemudian menulis kematian Yudas sesuai apa yang mereka harapkan terjadi
kepada seorang penghianat seperti Yudas. Matius menulis Yudas mati tragis penuh
penyesalan mengantung diri, sedangkan Lukas memilih “mengakhiri” hidup Yudas
dengan perut robek. Bagaimana dengan mati disalib? Mati disalib pun sebenarnya
sesuai untuk seorang penghianat seperti Yudas, karena mati tersalib adalah mati
terkutuk dan kematian tersalib tersebut merupakan kematian sesungguhnya Yudas
Iskariot.
Catatan:
Ada yang perlu anda ketahui, Kisah Rasul 1:18-19 yang menjadi salah
satu ayat-ayat bahasan di sini ternyata bukan ayat asli, tapi merupakan sisipan
dari penerjemah awal kitab Kisah Rasul. Hal ini terlihat dengan jelas karena
Kisah Rasul 1:18-19 terletak dalam tanda kurung, seperti dapat anda baca dalam
versi BIS dan dalam versi-versi lainnya yang lebih tua. Kemungkinan penerjemah
menemukan kematian Yudas dalam Injil Apokrip dan memasukkannya ke dalam terjemahan.
Sumber artikel:
0 Komentar untuk "Bukti Yudas Mati di Salib"