My Library

selamat datang di perpustakaan ilmu dan info.

pasang
pasang
pasang

ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA

Latar Belakang Masalah
 Gambar
Bahasa merupakan lambang bunyi antaranggota masyarakat, berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf 2001: 1). Sebagai alat komunikasi, bahasa dari waktu ke waktu mengalami perkembangan. Secara umum bahasa merupakan sarana.
Bahasa Arab merupakan bahasa tertua di dunia, dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak diketahui dengan pasti, tetapi teks bahasa Arab tertua ditemukan dua abad sebelum Islam datang, yaitu yang dikenal dengan sebutan sastra jahiliah (Al-Adab al-Jahiii). Penyebaran bahasa Arab ke luar jazirah Arabia lebih kurang abad ke-7 masehi. Pada saat itu bahasa Arab menjadi bahasa resmi yang digunakan untuk sosialisasi agama, budaya, administrasi, dan ilmu pengetahuan.[1]
Bahasa Arab mencakup sejumlah kosakata yang terdiri atas tiga jenis kata, yaitu (1) isim,(2) fi’il, dan (3) harf. Masing-masing jenis kata tersebut memiliki ciri tersendiri. Setiap jenis kata dapat diketahui berdasarkan ciri masing-masing melalui distribusi morfologis, distribusi sintaktis, dan makna leksikal-gramatikal sesuai dengan konteksnya masing-masing.Bahasa tulis mempunyai unsur-unsur pembentuk bahasa, di antaranya fon,fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Dalam penelitian ini dikhususkan pada unsur kata dengan alasan bahwa kata mempunyai persoalan yang kompleks baik pada kajian morfologi maupun sintaksis.
Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti atau satu pengertian. Dalam bahasa Indonesia kata adalah satuan bahasa terkecil yang mengisi salah satu fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, atau keterangan) dalam suatu kalimat. Dalam bahasa Arab kata adalah susunan huruf yang biasanya terdiri atas tiga huruf dan mempunyai suatu pengertian.
Penelitian tentang perbandingan kosakata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab berdasarkan kala, jumlah, dan persona ini dirasa penting untuk dilakukan, karena Pada proses perbandingan dalam kajiannya adalah suatu hal yang memungkinkan untuk menemukan persamaan ataupun perbedaan. Kajian terhadap bahasa Arab dengan pendekatan linguistik dan mengontraskannya dengan bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mendeskripsikan segi perbedaan dan persamaan secara berkaidah antara kedua bahasa tersebut. Melalui pendekatan kontrastif ini akan diperoleh kekhasan bahasa masingmasing.

Landasan Teoretis

Landasan teoretis di bawah ini berisi tentang teori-teori yang akan digunakan untuk menunjang penelitian ini, meliputi (1) kata, (2) kala, (3) jumlah,(4) persona, (5) analisis kontrastif, (6) bahasa Indonesia, (7) bahasa Arab, dan (8)kerangka berpikir.
  1. Kata
Kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (Kridalaksana 1983: 76). Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar, dibentuk melalui proses morfologi, sedangkan dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar (Chaer 1994: 219).[2] Jadi kesimpulannya kata adalah bentuk bebas terkecil yang mempunyai kesatuan fonologis dan kesatuan gramatis yang mengandung suatu pengertian atau makna.
  1. Kata Leksikal
Kata leksikal disebut juga kata pokok, yaitu kata yang belum mendapatkan imbuhan atau kata kepala yg merupakan bagian kosakata suatu bahasa. Contoh: besar ‘lebih dari ukuran sedang; lawan dari kecil’, rumah ‘bangunan untuk tempat tinggal’, duduk ‘meletakkan tubuhdengan bertumpu pada pantat’, dsb.
  1. Kata Gramatikal
Disebut kata gramatikal karena makna yang dihasilkan berubah bergantung pada morfem
pembentuknya. Contoh:
jalan (N) ‘tempat untuk lalu lintas orang/kendaraan’ menjadi berjalan (V) (ber
+ D) ‘melangkahkan kaki bergerak maju’.
tari (N) ‘gerakan badan yang berirama’ menjadi menari (V) (meng + D)
‘memainkan tari’.
cangkul (N) ‘alat untuk menggali dan mengaduk tanah’ menjadi mencangkul
(V) (meng + D) ‘menggali atau mengaduk tanah dengan cangkul’.
  1. Kala
Kala (tense) merupakan salah satu cara untuk menyatakan temporal diektis melalui perubahan kategori gramatikal verba berdasarkan waktu. Kategori temporal sendiri dapat dinyatakan pula dengan nomina temporal seperti jika dalam BI yaitu: sekarang, baru-baru ini, kemarin, dst. (Nugraha 2005:48). Jika dibagankan sebagaimana berikut ini.
  1. Kala dalam BI
Adapun kala yang lazim dalam BI yaitu, (1) kala sekarang adalah bentuk kala dari verba yang menunjukkan perbuatan terjadi pada waktu pengujaran (masa kini), (2) kala lampau adalah bentuk kala dari verba yang menunjukkan perbuatan terjadi sebelum pengujaran, dan (3) kala mendatang adalah bentuk kala dari verba yang menyatakan perbuatan akan berlangsung dalam waktu mendatang (Kridalaksana 1983: 71).
Contoh:
– Nenek sudah memasak nasi. (frasa sudah memasak merupakan kala yang
mempunyai makna lampau atau terjadi sebelum pengujaran)
– Mereka sedang belajar di kamar. (frasa sedang belajar merupakan kala
yang mempunyai makna sekarang)
  1. Kala dalam BA
Kala atau keterkaitan waktu terjadinya perbuatan dalam BA disebut juga kalimat fi’il atau kata kerja. Kalimat fi’il tersebut dalam BA dibagi menjadi empat, yaitu (1) waktu lampau/pekerjaan yang telah dikerjakan ( 2 f’il madhi/ مضى) ,(فعل ) waktu sekarang dan akan datang/pekerjaan yang sedang atau akandikerjakan ( 3 fi’il mudhari’/) ,(فعل مضارع ) waktu yang akan datang berhubungan dengan arti perintah (fi’il amr/ فعل امر ), dan (4) waktu akan datang yang berhubungan dengar arti larangan (fi’il nahi/ .(فعل ناهى
Contoh:
Fi’il Madhi : ضرب(dhoroba) ‘(telah) memukul’
Fi’il Mudhori’ : يضرب(yad’ribu) ‘(sedang) memukul’
Fi’il Amr : اضرب(id’rib) ‘(akan) memukul’
Fi’il Nahi : لاتضرب(la;tad’rib) ‘(jangan) memukul’
  1. Jumlah
Jumlah adalah kategori gramatikal yang membeda-bedakan jumlah dalam suatu bahasa (Kridalaksana 1983: 69).
  1. Jumlah dalam BI
Jumlah paling umum pada perbedaan antara singularis dan pluralis. Jumlah merupakan kategori nomina, karena dikenal berdasarkan orang, binatang, dan barang yang dapat dihitung atau dibilang ( satu atau lebih dari satu) dan diacu sendiri-sendiri atau secara kelompok dengan nomina (Lyons 1995: 276).
Contoh:
Laki-laki itu sedang membaca koran. (laki-laki = bermakna tunggal/
singularis)
Dua orang pencuri dipukuli massa. (dua orang = bermakna ganda/ dualis)
Buku-buku itu banyak diminati pelajar. (buku-buku = bermakna jamak/
pluralis)
  1. Jumlah dalam BA
Jumlah (number) adalah jenis kategori gramatikal yang membedakan
tunggal, dua, dan jamak (singular, dual, dan plural). (1) Isim mufrad, yaitu kata benda yang merujuk pada satu bilangan, contoh: ‘zdalika kita;bun’ (Itu kitab/ jumlahnya hanya satu). (2) Isim mutsanna, yaitu kata benda yang merujuk pada dua bilangan, contoh: ‘al-kita;ba;ni fi al-mahfazdati’,(Dua buku itu di dalam tas/ berjumlah dua). (3) Jamak, yaitu kata benda yang merujuk pada lebih dari dua, contoh: ‘muslimu;na’, (Muslim-muslim/ berjumlah lebih dari dua macam; pluralis)
  1. Persona
      Istilah persona berasal dari kata latin persona sebagai terjemahan dari kata Yunani prosopon yang berarti topeng (topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara), atau berarti juga peranan/watak yang dibawakan oleh seorang pemain drama.
  1. Persona dalam BI
Persona dalam BI direalisasikan melalui pronomina persona (kata ganti orang). Sistem pronomina persona meliputi sistem tutur sapa (terms of addres see) dan sistem tutur acuan (terms of reference). Djajasudarma (1993: 43)
Beberapa contoh persona dalam BI dapat dilihat di bawah ini.
Persona Pertama: Sayabaru mendengar kabar meninggalnya Ustad Jefry.
Kamimerupakan generasi penerus perjuangan bangsa.
Persona Kedua : Engkaubagaikan bidadari di hatiku.
Apakah andamahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
Persona Ketiga: Diamenjadi siswa paling rajin di kelasnya
Merekasangat mencintai negeri ini..
  1. Persona dalam BA
Dalam BA pronomina persona tersebut disebut dengan ‘Isim Dhomir’ atau kata ganti. Munawari (2002: 10A) menyebutkan pembagian dhomir yang terdiri atas tiga macam, yaitu (1) dhomir munfasil, yaitu dhomir yang terpisah (berdiri sendiri), (2) dhomir muttashil, yaitu dhomir yang melekat pada isim, fiil, atau huruf, dan (3) dhomir mustatir, yaitu dhomir yang tersimpan dalam fiil.
Contoh:
Munfasil : هو مدرس (Huwa Mudarrisun) ‘dia (laki-laki) seorang
guru; هي مدرسة (Hiya Mudarrisatun) ‘dia (perempuan) seorang guru.
Muttashil : آتبت الدرس (Katabta Ad-darsa) ‘kamu (laki-laki) telah
menulis pelajaran’; آتبت الدرس (Katabti Ad-darsa) ‘kamu (perempuan)
telah menulis pelajaran.
Mustatir : تكتب الدرس / (Taktubu Ad-darsa) ‘dia (perempuan) sedang
menulis pelajaran’; يكتب الدرس (Yaktubu Ad-darsa) ‘dia (laki-laki) sedang
menulis pelajaran’.
  1. Analisis Kontrastif
Analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, yaitu aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa. Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon, dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar berbahasa yang akan dihadapi para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam belajar B2 (Tarigan 2009: 5).[3]
Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktikkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebagai suatu aplikasi linguisik struktural pada pengajaran bahasa, dan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut ini.
  1. Kesukaran-kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru disebabkan oleh inteferensi dari bahasa pertama.
  2. Kesukaran-kesukaran tersebut dapat diprediksi atau diprakirakan oleh analisis kontrastif.
  3. Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan analisis kontrastif untuk mengurangi efek-efek interferensi. (Richard [et al] 1987: 63 dalam Tarigan 2009: 5).
Dalam penelitian ini akan dibandingkan BI dan BA yang dibatasi pada perbandingan kosakata berdasarkan kala, jumlah, dan persona.
  1. Bahasa Indonesia
BI merupakan bahasa yang digunakan oleh rakyat Indonesia dalam berkomunikasi. BI menjadi identitas bangsa di tengah-tengah bangsa lain di dunia. Bahasa ini berasal dari bahasa Melayu tua, yaitu bahasa Melayu yang sampai sekarang masih dapat diselidiki sebagai peninggalan masa lampau (Mulyati dkk. 2008: 1.3). Sejak tanggal 28 Oktober 1928, BI resmi digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Selain itu, BI juga dapat dikatakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Artinya, BI merupakan bahasa yang digunakan di dalam kegiatan berkomunikasi yang melibatkan banyak tokoh atau masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

  1. Bahasa Arab
BA merupakan bahasa untuk berkomunikasi bangsa Arab di Timur Tengah. Berbicara mengenai sejarah lahirnya BA sebagai bahasa komunikasi bangsa yang ada di Jazirah Arab juga tidak bisa dilepaskan dari bahasa lain yang terlebih dahulu sudah ada dan polular, yaitu bahasa akkad. BA merupakan bahasa Alquran.[4]

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung selama 1 Minggu.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah denganmenggunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik simak dilakukan denganmenyimak, yaitu menyimak penggunaan kosakata berdasarkan kala, jumlah, danpersona dalam BI dan BA. Teknik simak dalam penelitian ini menggunakanteknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) yaitu peneliti tidak terlibat dalam prosespertuturan (Sudaryanto 1993: 134).[5]Teknik catat dilakukan dengan pencatatan pada kartu data berukuran 15 x7 cm yang dilanjutkan dengan pengklasifikasian dan pengelompokan. Pencatatandilakukan setelah teknik pertama selesai (teknik simak) dan dengan menggunakanalat tulis tertentu (Sudaryanto 1993: 135). Komponen-komponen yang mengisikartu data adalah penomoran data, kalimat BI dan BA, dan analisis.

PEMBAHASAN
ANALISIS KONTRASTIF BENTUK KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA

  1. Bentuk Kosakata BI dan BA Berdasarkan Kala
Kala merupakan salah satu cara untuk menyatakan temporal diektis melalui perubahan kategori gramatikal verba berdasarkan waktu. Dalam BI danBA terdapat ciri-ciri tersendiri dalam pembentukan kosakata berdasarkan kalatersebut. Adapun kala dalam BI lazimnya menyatakan waktu sekarang, sudahlampau, dan akan datang. Dalam BA disebut juga kalimat fi’il atau kata kerja. Kalimat fi’il tersebut dalam BA dibagi menjadi empat, yaitu (1) waktu lampau/pekerjaanyang telah dikerjakan (fi’il madhi/ 2) ,(فعل مضى ) waktu sekarang dan akandatang/pekerjaan yang sedang atau akan dikerjakan (fi’il mudhari’/ 3) ,(فعل مضارع )waktu yang akan datang berhubungan dengan arti perintah (fi’il amr/ فعل امر ), dan(4) waktu akan datang yang berhubungan dengan arti larangan (fi’il nahi/ .(فعل ناهى ).[6]
      Kosakata berdasarkan kala dalam BI dan BA mempunyai perbedaan pada proses pembentukannya. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat diketahui jikadilihat secara seksama bagaimana proses pembentukan pada masing-masingbahasa. Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan-perbedaan kosakata berdasarkankala dalam BI dan BA tersebut, dapat dilihat di bawah ini.
  1. Kala Lampau
1)      BI
Berdasarkan hasil analisis data, dalam BI kosakata berdasarkan kala yang mempunyai arti lampau umumnya diikuti dengan kata yang menunjukkan keterangan telah, sudah, beberapa saat yang lalu, dan semalam. Kosakata bermakna lampau dalam BI dinyatakan dengan penambahan keterangan waktu bertujuan untuk memperjelas bahwa peristiwa tersebut terjadi sebelum pengujaran. Hasil analisis data diperoleh tiga klasifikasi bentuk kosakata lampau yaitu,
1)      Bentuk kosakata dengan keterangan lampau, keterangan waktu sudah, telah, beberapa saat yang lalu, dan semalam. Keterangan waktu tersebut melekat pada predikat di masing-masing kalimat dalam BI, sehingga kata tersebut jika ditiadakan dapat mengubah makna kata yang ada di depannya. Contoh kosakata tersebut adalah berikut ini
ü  Tamu-tamu sudah berdatangan.
ü  Siswa telah menyelesaikan bacaannya.
ü  Beberapa saat yang lalu saya pergi ke Subang dan Sukamandi
ü  Pertokoan di pusat kota terbakar semalam
Keterangan waktu sudah pada kalimat merupakan kata yang bermakna lampau. Keterangan waktu sudah melekat pada kata verbalnya, dan menjadikan kata tersebut bermakna bahwa kejadian tersebut sudah berlalu serta sudah dilakukan. Apabila keterangan waktu sudah ditiadakan dari kata yang mengikutinya, maka kata tersebut akan mengalami perubahan makna dari kala lampau menjadi kala sekarang.
Keterangan waktu telah pada kalimat merupakan kosakata yang mempunyai makna selesai melakukan sesuatu. Kosakata menyelesaikan mempunyai makna bahwa pekerjaan tersebut telah selesai dikerjakan. Maka dari itu, keterangan telah di atas jika dihilangkan tidak akan mengubah makna kosakata di depannya, meskipun keterangan telah merupakan kala lampau yang mempunyai keterangan sudah berlalu.     Keterangan waktu beberapa saat yang lalu pada kalimat merupakan kata yang bermakna lampau. Keterangan waktu tersebut melekat pada kata yang mengikutinya, dan menjadikan kata tersebut bermakna bahwa kejadian tersebut sudah berlalu serta sudah dilakukan. Apabila keterangan waktu beberapa saat yang lalu ditiadakan dari kata yang mengikutinya, maka kata tersebut akan mengalami perubahan makna dari kala lampau menjadi kala sekarang.
Keterangan waktu semalam pada kalimat yang merupakan kata yang mempunyai makna lampau. Prefik /se-/ pada kata semalam merupakan bentuk terikat yang mempunyai makna gramatikal ‘malam kemarin; malam sebelum hari ini; malam tadi’. Keterangan waktu tersebut melekat pada kata yang mengiringinya, dan menjadikan kata tersebut bermakna bahwa kejadian tersebut sudah berlalu serta sudah dilakukan. Apabila keterangan waktu semalam ditiadakan dari kata yang mengikutinya, maka kata terbakar tersebut akan mengalami perubahan makna dari kala lampau menjadi kala sekarang.
2)      Bentuk kosakata bermakna lampau adalah kosakata yang sudah menyimpan makna bahwa peristiwa tersebut terjadi sebelum pengujaran. Contoh kosakata tersebut adalah berikut ini.
ü  Pintu itu tertutup.
ü  Adi dibelikan ayah sepatu baru.
Kosakata di atas merupakan kosakata yang sudah mempunyai makna bahwa peristiwa itu terjadi sesudah pengujaran. Afiksasi bentuk kosakata lampau dengan prefiks /ter-/ dan konfiks /di-kan/ mempunyai makna gramatikal bahwa kata yang disebutkan mempunyai sifat sudah lampau, seperti pada kosakata tertutup dan dibelikan. Kosakata tertutup bermakna gramatikal ‘sudah terkunci; sudah tidak terbuka’, dari kosakata tersebut dapat dilihat bahwa peristiwa itu sudah terjadi atau bermakna lampau. Kosakata dibelikan bermakna gramatikal ‘sudah dibelikan’, dari kosakata tersebut dapat dilihat bahwa peristiwa itu sudah terjadi atau bermakna lampau.

2)      BA
Kala lampau dalam BA atau disebut juga fi’il madhi adalah kosakata yang terdiri atas akar tiga huruf konsonan dan belum mendapat imbuan (masih asli). Untuk mengetahui bentuk kosakata BA kala lampau adalah sebagai berikut.
( فَحَصَذَالِكَ الطِّبُّ الْمَرِيْضَ ( 9 “Dokter itu telah memeriksa pasien”
‘faaa żâlika atibbu al-mmarîa’
( قِرأاحمد القرأن ( 10 “Ahmad telah membaca Alquran” (data 117)
‘qara’a amad al-qur’âna’
( ضربالمد رس السبورة ( 11 “Guru itu telah memukul papan tulis “ (data 118)
araba al-mudarrisu as-sabburata’
Berdasarkan data di atas, kosakata lampau dalam BA bentuknya tidak mengalami perubahan, yaitu masih seperti fi’il madhi pada umumnya yang tidak perlu ada penambahan keterangan yang menunjukkan bahwa kosakata tersebut terjadi sebelum pengujaran.
Jadi,dalam BA tidak perlu ada penambahan keterangan yang menunjukkan bahwa kosakata tersebut terjadi sebelum pengujaran. Makna lampau sudah ditunjukkan oleh kosakata fi’il madhi yang digunakan sebagai akar dari fi’il mudhori’ dan fi’il amr.

Perbandingan Kala Lampau BI dan BA

Deskripsi BI               Kalimat BI                             Kalimat BA    Deskripsi BA
[V + sudah]                 Panitia sudah menyusun        aarat ad-uyûfu
                                    acara seminar.
[V+ sudah]                  Tamu-tamu sudah                   ‘naamat                                 V
                                    berdatangan                            al-lajnatu
                                                                                    albarnâmija
                                                                                    linnadwati’

[V+ beberapa
saat yang lalu]            Beberapa saat yang lalu
saya pergi ke Subang dan       ‘żahabat ila sûbânj                  V
                                                                                    wa sukâmandî fi
                                                                                    al-usbû’i al-qadîmi’

[V+semalam]              Pertokoan di pusat kota          ‘Ad-dakâkînu fi
terbakar semalam.                  markazi al-madînati
                                                                                    maruqatu fi albâriati.’         V
[V+ telah]                    Siswa telah menyelesaikan
bacaannya.                              ‘atamma at-ôlibuqirâatahu’   V
[V+ telah]                    Sang mesin pembunuh            ‘raja’a al-qâtilu’                      V        
                                    telah kembali.

[V]                               Pintu itu tertutup.                    ingalaqa żâlika al bâbu’          V

[V]                               Adi dibelikan ayah                 ‘isytara al-abu al-
sepatu baru                              ḥidhâ’a al-jadîda li’âdî’          V

  1. Kala Sekarang
a)      BI
Kala sekarang adalah bentuk kala dari verba yang menunjukkan perbuatan terjadi pada waktu pengujaran (masa kini). Kala sekarang dalam BI adalah bentuk kala dari verba yang menunjukkan perbuatan terjadi pada waktu pengujaran. Berdasarkan hasil analisis data, bentuk kala sekarang dalam BI meliputi, (1) bentuk kosakata yang bermakna sedang, dan (2) bentuk kosakata sekarang dengan keterangan sedang dan mulai.

  1. Bentuk Kosakata yang Bermakna Sedang
Kala sekarang yang menunjukkan makna sedang melakukan pekerjaan (makna sedang, langsung ditunjukkan oleh verbanya), seperti pada kosakata berlari [yajri], adalah kosakata yang menunjukkan makna ‘sedang melakukan pekerjaan lari/sedang berjalan kencang’. Bentuk kosakata berdasarkan kala sekarang yang menyimpan makna sedang adalah berikut ini.
ü  Dia berlari mengitari lapangan.
ü  Saya menggunting kertas itu.
ü  Anak-anak bermain di halaman.
ü  Bayi itu memasukkan jarinya ke mulut.
ü  Ibu mendudukkan adik di tikar.
Kosakata-kosakata di atas merupakan kala sekarang yang masing-masingmasing menunjukkan makna sedang melakukan pekerjaan. Dalam BI kosakata seperti ini banyak dijumpai karena tujuan untuk keefektifan penggunaan kalimat.
  1. Bentuk Kosakata dengan Keterangan Sedang dan Mulai
Kala sekarang dalam BI dengan keterangan sedang dan mulai, seperti pada kosakata sedang merokok [tudakhinu], adalah kala sekarang yang bentuknya terdapat keterangan sedang sebelum kata merokok sebagai kosakata verbalnya.
ü  Seorang isteri sedang berunding dengan suaminya.
ü  Kapal-kapal tersebut sedang menuju ke timur tengah.
ü  Film terminator 3: the rise of mechines mulai dirilis.
ü  Virna dan Santy sedang merokok sambil bergosip.
ü  Anak-anak sedang bekerja di ladang.
b)     BA
Kala sekarang dalam BA disebut juga fi’il mudhori’ adalah bentuk kata kerja yang mempunyai makna sedang melakukan pekerjaan atau akan dikerjakan di masa mendatang. Contoh: yajri/ يجري (sedang berlari), Aqussu / أَقُصُّ (sedang menggunting).

هُوَيَجْرِيْوَيَدُوْرُعَلَىالْمَيْدَانِ
تَلْعَبُالأَطْفَالُفِىالسَّاحَةِ
اَدْخَلَالصَّبِيُّإِصْبَعَهُفِىفِيْهِ
تُشَاوِرُالزَّوْجَةُمَعَزَوْجِهَا
فِرْنَاوَسَنْتِىتُدَخِّنَانِوَيَغْتَابَانِ
الأَطْفَالُيَعْمَلُوْنَفِىالْحَدِيْقَةِ
Data di atas menunjukkan bahwa kata kerja sekarang/ fi’il mudhari’ mengalami perubahan dari kosakata aslinya yaitu fi’il madhi. Namun, perubahannya tetap dan tidak menggunakan tambahan keterangan sedang seperti pada salah satu bentuk kata kerja sekarang dalam BI. Dalam BA bentuk tersebut digunakan sesuai dengan siapa yang melakukan pekerjaan itu, jika yang melakukan pekerjaan itu ana/ انا ‘saya’ huruf ya’ berubah menjadi alif di depan, seperti yadkhulu/ يدخل berubah menjadi adkhulu/ اَدْخَل. Jika yang melakukan pekerjaan itu anta/ انت ‘engkau’ huruf ya’ berubah menjadi ta, seperti yaf’alu/ يفعلberubah menjadi taf’alu/ تفعل (huruf ta pada kata kerja fa’ala/ فعل adalah tanda pelakunya adalah orang kedua tunggal yaitu engkau).

Perbandingan Kala Sekarang BI dan BA


Deskripsi BI               Kalimat BI                             Kalimat BA    DeskripsiBA
[ akan + V ]                 Ayah berniat akan naik          ‘yurîdu al-Abu
                                    Haji tahun depan                    anyuajjafî as-sanati               [V]
                                                                                    alqâdimati’
                       

Aku berjanji akan                   ‘wa’adtu anata’allama’
                                    belajar

  1. Bentuk Kosakata BI dan BA Berdasarkan Jumlah
Jumlah merupakan kategori gramatikal yang membeda-bedakan jumlah.Jumlah yang dimaksud adalah kategori nomina atau kata benda yang dikenal berdasarkan orang, binatang, dan barang yang dapat dihitung jumlahnya.
  1. Jumlah Singularis
Singularis adalah kata benda yang merujuk pada satu bilangan
1)      BI
Dalam BI kosakata seperti ini mempunyai bentuk tunggal sesuai dengan kata benda yang dimaksud. Kata benda tersebut biasanya terdiri atas nama orang, nama benda, dan lain sebagainya. Berikut merupakan bentuk kosakata jumlah singular dalam BI.
ü  Orang yang duduk di bawah pohon itu saudaraku
ü  Anak itu beberapa hari yang lalu datang ke tempat kosnya.
ü  Lelaki ini terbilang produktif dalam menulis.
Jumlah singular dalam BI merupakan kosakata yang masih asli atau kosakata nominal yang menjadi entri (belum berubah menjadi jamak). Kosakasa seperti orang (kalimat 34), anak
2)      BA
Singularis adalah kata benda yang merujuk pada satu bilangan. Dalam BA kosakata seperti ini mempunyai bentuk tunggal sesuai dengan kata benda yang dimaksud. Kata benda tersebut biasanya terdiri atas nama orang, nama benda, dan lain sebagainya yang bukan merupakan bentuk jamak dalam BA.
تَشَكَّىالصَّادِق
حَضَرَالطِّفْلُإلَىمَسْكَنِهِفِىالأَيَّامِالْمَاضِيَّةِ
هَذَاالرَّجُلُآَثِيْرُاللإِنْتَاجِفِىالْكِتَابَة
الصَّاحِبُالإِنْدُوْنِيْسِيُّذُوْقَلْبٍجَيِّدٍ
لِلشُّرْطَةِمُعَامَلَةُتِجَارِيَّةٌفِىقَائِمَةِحِسَابِهَا
Dalam BA kosakata nominal seperti data di atas ketika menunjukkan makna tunggal dalam konteks kalimat, maka yang digunakan adalah kosakata mufradnya. Seperti kosakata [as-âdiku] ‘seorang teman’, [at-tiflu] ‘anak itu’, [ar-rajulu] ‘laki-laki’, [as-sâibu] ‘sahabat’, dan [as-suratu] ‘seorang polisi’.

Perbandingan Jumlah Singularis (mufrad) dalam BI dan BA

Deskripsi BI                Kalimat BI                  Kalimat BA                 DeskripsiBA
[Seorang+N]               Seorang teman            ‘tasyakkâ as-ôdiqu’                [M]
                                    mengeluh.

[N]                               Orang yang                ‘man yajlisu tata                    [M]
duduk di                     asyajaroti huwa akhi’
bawah pohon itu
saudaraku.

  1. Jumlah Pluralis (jamak)
Bentuk jumlah pluralis adalah bentuk morfologis yang merupakan kata benda berjumlah dua atau lebih.
a)      BI
Dalam BI, bentuk kosakata pluralis mempunyaibeberapa kategori, diantaranya, (1) penggunaan kata ulang, (2) penggunaan keterangan para,(3) penggunaan keterangan seluruh/semua, (4) penggunaan keterangan kelompok, dan (5) penggunaan kosakata jumlah (angka). Bentuk kosakata tersebut dipaparkan sebagaimana berikut ini.
1)      Bentuk Kata Ulang
ü  Jalan-jalan utama di dalam kota dan kawasan pemukiman terendam air.
ü  Danar sedang mendengarkan kisah para pahlawan.
ü  Seluruh jendela rumahnya terbuat dari kayu jati.
ü  Kelompok remaja adalah fenomena yang biasa.
ü  Tiga penumpang yang turun disambut oleh kakek. (data 71)
Dalam BI, kata ulang atau dapat disebut dengan reduplikasimerupakan bentuk kata yang mempunyai makna lebih dari dua (banyak). Hal tersebut dapat dilihat pada penggunaan kosakata anak-anak mempunyai makna lebih dari dua (banyak).
b)     BA
Jumlah pluralis dalam BA disebut juga dengan jamak yaitu kata benda yang merujuk pada lebih dari dua.
الأَطْفَالُيَعْمَلُوْنَفِىالْحَدِيْقَةِ
‘al-afâlu ya’malûna fî al-adîqati’
إسْتَمَعَدَانَارْقِصَّةَالْبَطَلِ
‘istama’a dânâr qiota al-baali’
آُلُّالنّوَافِذِفِىبَيْتِهَامِنْالْخَشَبِجَاتِيْ
‘kullu an-nawâfiżi fi baitihâ min al-khosyabi jâtî’
فِرْقَةُالشَّبَابِظَاهِرَةٌعَادِيَّةٌ
‘firqotu asy-syabâbi ôhiratun ‘âdiyyatun’
الْعَشْرَةُالثَّانِيَةُعَشْرَةُإنْتَاجِيَّةٍجَذَّابِيَّةٍ
Dari data di atas, dapat dideskripsi bahwa bentuk kosakata pluralis dalam BA adalah sebagaimana berikut ini. Pertama, bentuk kosakata yang langsung menggunakan kosakata bermakna jamak, seperti [asy-syawâri’u] ‘jalan-jalan raya’, [al-afâlu] ‘anak-anak’[al-baali] ‘para pahlawan’, dan [wuzarâ’i] ‘para menteri’.Kedua, bentuk kosakata yang menggunakan keterangan [kullun] dan [firqatun], seperti [kullu an-nawâfiżi] ‘seluruh jendela’ dan [firqatu asy-syabâbi] ‘kelompok remaja’. Ketiga, bentuk kosakata yang menggunakan angka jumlah, seperti [alasyratu] ‘sepuluh’, [tsalâtsatu rukâbin] ‘tiga penumpang’, [mutaâdiqâni] ‘dua sahabat’, [ar-rijlaini] ‘dua kaki’, dan [al-farîqaini] ‘dua kubu’.
Pada klasifikasi ketiga di atas terdapat perbedaan antara jumlah BI dan BA, yaitu keterangan jumlah dua dalam BI sudah masuk dalam jamak, sedangkan dalam BA terdapat jumlah muanna (jumlah dualis), seperti dua kaki, dua sahabat, dan dua kubu.
Dalam BA isim mutsanna yang merujuk pada dua bilangan bentuknya adalah singular (mufrad) ditambah dengan alif dan nun atau singular (mufrad) ditambah dengan nun dan ya. Perubahan bentuk jumlah dualis dalam BA adalah sebagaimana berikut ini.
Pertama, ketika isim mutsanna tersebut diberi tanda rafa’ /dommah, karena ia
sebagai subjek, maka tandanya berupa alif dan nun.
Kedua, ketika isim mutsanna diberi tanda nasab/fathah, karena ia berfungsi
sebagai objek (maf’ul bihi) atau kata benda yang didahului partikel, maka
tandanya berupa ya’ dan nun.
Contoh kosakata jumlah dualis dalam BA adalah sebagai berikut ini.
عَادِيوَبَايْمُتَصَادِقَانِحَمِيْمَانِ
‘âdi wa bâi mutaâdiqâni khamîmâni’
آِلَاهُمامَرْئِيَّتَانِجَمَاعَةًآُلَّيَوْمٍ
‘kilâ humâ martiyyatâni jamâatan kulla yaumin’
Kosakata di atas merupakan bentuk dualis dalam BA yang mengalamiperubahan bentuk dari kosakata singularnya. Kosakata mutaâdiqâni/ مُتَصَادِقَانِdan martiyyatâni merupakan kosakata yang berubah dari mufradnya yaitu mendapatkan tambahan alif dan nun. Penambahan alif dan nun dikarenakan kosakata tersebut menjadi subjek. Kosakata ar-rijlaini/ الرِّجْلَيْنِ dan al-farîqaini/ merupakan kosakata yang berubah dari mufradnya yaitu mendapatkan tambahan ya dan nun. Penambahan ya dan nun dikarenakan kosakata tersebut menjadi objek.

Perbandingan Jumlah Pluralis (jamak) BI dan BA

Deskripsi BI                Kalimat BI                  Kalimat BA                 Deskripsi BA
[D+D]                         Anak-anak sedang     ‘al-afâlu ya’malûna fî
bekerja di ladang        al-adîqati’                              D

[para+D]                      Danar sedang              ‘istama’a dânâr qiota            D
mendengarkan kisah   al-baali’
para pahlawan.
.
[seluruh+D]                 Seluruh jendela          ‘kullu an-nawâfiżi fi     [kullu+D]
                                    rumahnya terbuat        baitihâ min alkhosyabi jâtî’
dari kayu jati.
[semua+D]                  Kita semua marah       ‘kullun minnâ nagdabu

[kelompok+D]             Kelompok remaja       ‘firqotu asy-syabâbi     [firqatu=D]

[bilangan+D]               Sepuluh yang kedua   ‘al-‘asyratu attâniyyatun
                                    adalah sepuluh prodek            ‘asyratu intâjiyyatin
potensial.                     jaddâbiyyatin’
[dua+N]                      Ani dan Wati adalah   ‘Ani wa wâti mutaâibâni”
                                    dua sahabat.

  1. Bentuk Kosakata BI dan BA Berdasarkan Persona
Persona dalam BI direalisasikan melalui pronomina persona (kata ganti orang). Sistem pronomina persona meliputi sistem tutur sapa (terms of addres see) dan sistem tutur acuan (terms of reference). Berdasarkan hasil analisis data, bentuk kosakata BI dan BA berdasarkan persona adalah sebagaimana berikut ini.
  1. Persona Pertama BI
Kosakata persona pertama dalam BI adalah pronomina persona yang digunakan untuk seseorang yang sedang berbicara. Persona pertama dalam BI dibagi atas dua macam, yaitu (1) persona pertama tunggal, dan (2) persona pertama jamak. Bentuk kosakata persona pertama BI adalah sebagaimana berikut ini.
ü  Aku berjanji akan belajar
ü  Beberapa saat yang lalu saya pergi ke Subang dan Sukamandi.
ü  Yang kulihat adalah empat sosok sedang berdiri.
Pada data di atas merupakan bentuk kosakata persona yang dinyatakan dengan saya dan aku /-ku/. Bentuk persona tersebut merupakan bentuk persona pertama tunggal dalam BI yang lazim menggunakan saya dan aku untuk menyatakan bahwa yang sedang berbicara serta tunggal. Selain itu, terdapat juga bentuk kosakata persona pertama jamak yang dinyatakan dengan kami atau kita. Bentuk persona pertama tersebut adalah sebagaimana berikut ini.
ü  Kami duduk di beranda depan.
ü  Salam sejahtera untuk kita semua.
Pada data di atas merupakan bentuk kosakata persona pertama yang dinyatakan dengan kami dan kita. Bentuk persona tersebut merupakan bentuk kosakata pertama jamak dalam BI yang lazim digunakan untuk mereka yang sedang berbicara /kami/ dan untuk mereka yang sedang berbicara serta yang diajak bicara /kita/.
  1. Persona Pertama BA
Kosakata persona pertama dalam BA adalah pronomina persona yang digunakan untuk seseorang yang sedang berbicara. Sama halnya dengan BI, persona pertama dalam BA dibagi atas dua macam, yaitu (1) persona pertama tunggal (dinyatakan dengan انا ), dan (2) persona pertama jamak (dinyatakan dengan نحن ). Bentuk kosakata pertama BA adalah sebagaimana berikut ini.
اَنَامَقْبُوْضٌأَرْبَعَمَرَّاتٍ “Empat kali saya tertangkap”
‘anâ maqbûun arba’a marrâtin’
رَاَيْتُأَرْبَعَةَقُوَّامٍ “Yang kulihat adalah empat sosok sedang berdiri”
‘raaitu arba’ata quwwâmin’
Selain kosakata persona pertama tunggal, dalam BA juga terdapat kosakata persona pertama jamak. Kosakata persona pertama dalam BA adalah sebagaimana berikut ini.
نَجْلِسُفِىبَهْوِالأَمَامِ “Kami duduk di beranda depan”
‘najlisu fi bahwi al-‘amâmi’
السّلَامُعَلَيْنَاSalam sejahtera untuk kita semua
‘as-salâmu ‘alainâ’
Data di atas merupakan persona pertama jamak BA. Kosakata pada[najlisu] ‘kami duduk’ merupakan dhomir mustatir, atau kata ganti yang tersimpan dalam kosakata asli [jalasa-yajlisu]. kosakata [‘alainâ] dan [nastami’u] ‘kita semua’ dan ‘kita melihat’. Bentuk kosakata jamak bermakna kami dan kita dalam BA tidak ada perbedaan, yaitu sama-sama menggunakan dhomir munfasil dan dhomir mustatir.

Perbandingan Persona Pertama BI dan BA


Deskripsi BI                Kalimat BI                  Kalimat BA                 DeskripsiBA
saya, aku                     Saya dan teman-         ‘anâ maqbûun           [anâ], [-tu],
( ku-dan-ku)                            teman tinggal              arba’a marrâtin’         [ya’],dan[alif]
di sini
                        .
Yang kulihat adalah    ‘raaitu arba’ata
empat sosok sedang quwwâmin’
berdiri
kami, kita                                 Kami duduk di           ‘najlisu fi bahwi al-
beranda depan.            ‘amâmi’                                   [nanu]
Salam sejahtera           ‘as-salâmu ‘alainâ’
Untuk kita semua.
  1. Persona Kedua BI
Persona kedua merupakan kata ganti yang digunakan untuk orang yangsedang diajak bicara. Bentuk kosakata persona kedua dalam BI adalahsebagaimana berikut ini.
ü  Nama kamu siapa?
ü  Kalian merupakan mahasiswa yang rajin.
Dalam BI kosakata kamu merupakan persona kedua tunggal yang digunakan dalam BI selain sapaan Anda. Bentuk kosakata persona kedua tunggal dalam BI seperti yang dipaparkan di atas, yaitu terpisah dengan unsur yang lain. Selain itu, kalian juga merupakan kosakata persona kedua dalam BI yang digunakan untuk menyatakan orang yang diajak bicara, tetapi jumlahnya lebih dari dua atau banyak. Bentuk kosakata tersebut seperti kosakata persona kedua tunggal yaitu terpisah dengan unsur yang lain.
  1. Persona Kedua BA
Persona kedua merupakan kata ganti yang digunakan untuk orang yang sedang diajak bicara. Bentuk kosakata persona kedua dalam BA adalah sebagaimana berikut ini.
مَااسْمُكَ“Nama kamu siapa?”
‘mâ ismuka’
أنْتُمطَالِبُوْنَنَشِيْطُوْنَ “Kalian merupakan mahasiswa yang rajin”
‘antum âlibûna nasyîûna’
Dalam BA kosakata [anta] direalisasikan dengan dhomir [kaf] dan [ta’] di akhir dan di awal kata. Bentuk tersebut dalam BA, apabila di akhir disebut dhomir muttasil, sedangkan apabila di awal atau masuk pada kosakata yang mengiringinya disebut dhomir mustatir dan bisa berubah sesuai pelakunya. Selain itu, [antum] juga merupakan kosakata persona kedua dalam BA yang digunakan untuk menyatakan orang yang diajak bicara, tetapi jumlahnya lebih dari dua atau banyak. Bentuk kosakata tersebut yaitu terpisah dengan unsur yang lain.

Perbandingan Persona Kedua BI dan BA

Deskripsi BI                Kalimat BI                              Kalimat BA                 Deskripsi BA
Kamu                          Nama kamu siapa?                 مَااسْمُكَ                          Anta

Kalian                         Kalian merupakan                   ‘antum âlibûna           antum
mahasiswa yang rajin              nasyîûna’
.
  1. Persona Ketiga BI
Persona ketiga merupakan kata ganti yang digunakan untuk orang yang sedang dibicarakan. Bentuk kosakata persona ketiga dalam BI adalah sebagaimana berikut ini.
ü  Dia lagi berusaha
ü  Hati mereka terlalu bersih
Dalam BI kosakata dia merupakan persona ketiga tunggal yang digunakan dalam BI. Bentuk kosakata persona ketiga tunggal dalam BI seperti yang dipaparkan di atas, yaitu terpisah dengan unsur yang lain. Selain itu, mereka juga merupakan kosakata persona ketiga dalam BI yang digunakan untuk menyatakan orang yang dibicarakan, tetapi jumlahnya lebih dari dua atau banyak. Bentuk kosakata tersebut seperti kosakata persona ketiga tunggal yaitu terpisah dengan unsur yang lain.
  1. Persona Ketiga BA
Persona ketiga merupakan kata ganti yang digunakan untuk orang yang sedang dibicarakan. Bentuk kosakata persona ketiga dalam BA adalah sebagaimana berikut ini.
هُوَيَسْعَى “Dia lagi berusaha”
‘huwa yas’â’
إِشْتَدَّتْنَظَافَةُقَلْبِهِمْHati mereka terlalu bersih”
‘isytaddat naâfatu qalbihim’
Dalam BA kosakata [huwa] direalisasikan dengan dhomir [huwa] di awal kata. Bentuk tersebut dalam BA disebut dengan dhomir munfasil atau dhomir yang dapat berdiri sendiri. Selain itu, [hum] juga merupakan kosakata persona ketiga dalam BA yang digunakan untuk menyatakan orang yang dibicarakan, tetapi jumlahnya lebih dari dua atau banyak. Bentuk kosakata tersebut yaitu ada yang bersambung dengan kosakata lain [qalbihim], dan ada juga yang terpisah dengan unsur yang lain[hum].

Perbandingan Persona Ketiga BI dan BA

Deskripsi BI                Kalimat BI                  Kalimat BA                 Deskripsi BA
Dia                              Dia lagi berusaha        ‘huwa yas’â’                           huwa

Mereka                        Setiap hari mereka      ‘kulla yaumin hum
selalu berangkat          yażhabûna jamâ’atan’
bersama                                                                       hum

Berdasarkan temuan dan analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk kosakata BI dan BA berdasarkan kala, jumlah, dan persona memiliki ciriciri sifat dan perilaku sendiri-sendiri yang berbeda berdasarkan strukturnya.

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil analisis data, bentuk kosakata BI dan BA berdasarkan kala, jumlah, dan persona ditinjau dari masing-masing ciri atau struktur mempunyai perbedaan pada proses morfologis masing-masing bahasa tersebut.
Pada tataran kala, dalam BI dibagi menjadi tiga, yaitu (1) kala lampau, (2) kala sedang, dan (3) kala akan datang. Pada masing-masing kala tersebut terdapat tambahan keterangan waktu sudah, telah, beberapa saat lalu, semalam, sedang, dan akan yang melekat pada predikat dalam konteks kalimat. Keterangan waktu tersebut digunakan untuk menunjukkan kapan pekerjaan itu berlangsung. Selain menggunakan tambahan keterangan waktu, kala dalam BI juga ada yang langsung menggunakan kosakata yang bermakna sudah dan sedang, seperti pada kosakata tertutup, dibelikan ,berlari, bermain, dan menggunting. Kala dalam BA meliputi, (1) lampau (fiil madhi), (2)sedang ( fi’il mudhori’), dan (3) akan datang (fi’il amr). Berdasarkan hasil analisis, kala dalam BA yang digunakan dalam BI yaitu fi’il madhi dan fi’il mudhori’. Jika dalam BI masing-masing kala terdapat tambahan keterangan waktu sudah, telah, beberapa saat lalu, semalam, sedang, dan akan, sedangkan dalam BA keterangan waktu tersebut sudah tersimpan dalam kosakata yang digunakan, seperti [fa’ala] ‘telah bekerja’, [yaf’ulu] ‘sedang bekerja’, [żahaba] ‘telah pergi’, [yażhabu] ‘sedang pergi’, dan sebagainya.
Pada tataran jumlah, dalam BI dan BA digolongkan atas tiga macam, yaitu (1) singularis, (2) pluralis. Jumlah dalam BI, ketika singularis menggunakan kosakata nominalnya untuk menunjukkan makna singular, seperti teman, anak, dan polisi., dan ketika pluralis menggunakan kata ulang, keterangan para dan seluruh, serta menggunakan keterangan jumlah, seperti anak-anak, para seniman, dan tiga penumpang. Bentuk kosakata jumlah dalam BA yaitu, ketika singularis menggunakan kosakata mufradnya, seperti [as-âdiku] ‘seorang teman’, [at-tiflu] ‘anak itu’ , dan [as-suratu] ‘seorang polisi’. Ketika dualis dalam BA terdapat perubahan bentuk kosakatanya. Bentuknya adalah singular (mufrad) ditambah dengan alif dan nun atau singular (mufrad) ditambah dengan nun dan ya, seperti [muâdiqâni] ‘dua teman’, [ar-rijlaini] ‘dua kaki’, dan [suratâni] ‘dua polisi’. Ketika pluralis menggunakan bentuk jamak, keterangan [kullun] dan [firqatun], serta menggunakan jumlah, seperti [al-aṭfâlu] ‘anak-anak’, [kullu an-nawâfiżi] ‘seluruh jendela’, dan [tsalâtsata rukkâbin] ‘tiga penumpang’.
Pada tataran persona, dalam BI dan BA digolongkan atas tiga, yaitu (1) orang pertama, (2) orang kedua, dan (3) orang ketiga. Persona pertama BI dan BA, ketika tunggal dalam BI menggunakan kosakata saya/aku, sedangkan dalam BA menggunakan kosakata [anâ] / [tu], ketika jamak dalam BI menggunakan kosakata kami dan kita, dalam BA menggunakan [nanu]. Persona kedua BI dan BA, kosakata tunggal dalam BI menggunakan kosakata kamu, sedangkan dalam BA menggunakan kosakata [anta], dan ketika jamak dalam BI menggunakan kosakata kalian, sedangkan dalam BA menggunakan [antum]. Persona ketiga BI dan BA, kosakata tunggal dalam BI menggunakan kosakata dia, sedangkan dalam BA menggunakan [huwa/hiya], dan ketika jamak dalam BI menggunakan kosakata mereka, sedangkan dalam BA menggunakan [hum].

Kritik dan Saran

Penelitian ini belum dapat menjawab secara tuntas bentuk kosakata dalam BI dan BA. Masih banyak permasalahan yang belum tergali, baik untuk jangkauan data maupun variasi-variasi yang lain, seperti aspek dan modalitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lain yang lebih mendalam dengan kajian kontrastif.
Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sumber data dan memperbanyak permasalahan yang ingin diungkap. Tetapi yang lebih penting adalah memperbanyak jumlah data untuk mengetahui lebih banyak perbedaan-perbedaan yang ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, Soenjono Darmowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moliono. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresko.
Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT. Refika Aditama.
Evianty, Rina. 2004. “Analisis Kontrastif Tindak Tutur Bahasa Indonesia dan Fahri, Ismail dan Nas Hariyati. 2007. Studi Bahasa Arab dan Kata Serapan
Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia. Semarang: Rumah Indonesia.
Farida, Luluk. 2008. Mengenal Kata dalam Bahasa Arab. Yogyakarta: Aziziyah.
Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mulyati, Yati, Asep Supriana, Lis Setiawati, Nunung Supratini, Esti Pramuki. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: PT. Refika Aditama.
Sakri, Adjad. 1994. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB Bandung.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.
Walfajri. 2009. Sejarah Perkembangan Pengajaran Bahasa Arab.

[1] Walfajri. 2009. Sejarah Perkembangan Pengajaran Bahasa Arab.
[2] Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
[3] Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung:
[4] Fahri, Ismail dan Nas Hariyati. 2007. Studi Bahasa Arab dan Kata Serapan
Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia. Semarang: Rumah Indonesia.
[5] Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
[6] Farida, Luluk. 2008. Mengenal Kata dalam Bahasa Arab. Yogyakarta: Aziziyah.


Sumber artikel:
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA"

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top